Rabu, 24 Oktober 2012

Kurikulum Pendidikan Berkarakter



Apa Itu Karakter?
Dennis Coon dalam bukunya Introduction to Psychology : Exploration and Aplication mendefinisikan karakter sebagai suatu penilaian subyektif terhadap kepribadian seseorang yang berkaitan dengan atribut kepribadian yang dapat atau tidak dapat diterima oleh masyarakat. Karakter adalah jawaban mutlak untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik didalam masyarakat.
Beda Karakter dan Kepribadian (Sifat Dasar)
Kepribadian adalah hadiah dari Tuhan Sang Pencipta saat manusia dilahirkan dan setiap orang yang memilikikepribadian pasti ada kelemahannya dan kelebihannya di aspek kehidupan sosial dan masing-masing pribadi. Kepribadian manusia secara umum ada 4, yaitu : Koleris – Sanguinis – Phlegmatis – Melankolis.
Nah, Karakternya dimana? Saat setiap manusia belajar untuk mengatasi dan memperbaiki kelemahannya, serta memunculkan kebiasaan positif yang baru, inilah yang disebut dengan Karakter. Misalnya, seorang dengan kepribadian Sanguin yang sangat suka bercanda dan terkesan tidak serius, lalu sadar dan belajar sehingga mampu membawa dirinya untuk bersikap serius dalam situasi yang membutuhkan ketenangan dan perhatian fokus, itulah Karakter.
Mengapa Seorang Anak Butuh Pendidikan Karakter?
Pada dasarnya, pada perkembangan seorang anak adalah mengembangkan pemahaman yang benar tentang bagaimana dunia ini bekerja, mempelajari ”aturan main” segala aspek yang  ada di dunia ini. Anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter apabila dapat tumbuh pada lingkungan yang berkarakter
Ada 3 Cara Mendidik Karakter Anak.
  1. Ubah Lingkungannya, melakukan pendidikan karakter dengan cara menata peraturan serta konsekuensi di sekolah dan dirumah.
  2. Berikan Pengetahuan, memberikan pengetahuan bagaimana melakukan perilaku yang diharapakan untuk muncul dalam kesehariannya serta diaplikasikan.
  3. Kondisikan Emosinyaemosi manusia adalah kendali 88% dalam kehidupan manusia. Jika mampu menyentuh emosinya dan memberikan informasi yang tepat maka informasi tersebut akan menetap dalam hidupnya. 
Karakter apa yang perlu ditumbuhkan dan dibentuk dalam diri anak?
  1. Karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya
  2. Kemandirian dan Tanggung Jawab
  3. Kejujuran atau Amanah, Diplomatis
  4. Hormat dan Santun
  5. Dermawan, Suka Tolong Menolong & Gotong Royong
  6. Percaya Diri dan Pekerja Cerdas 
  7. Kepemimpinan dan Keadilan
  8. Baik dan Rendah Hati
  9. Karakter Toleransi, Kedamaian dan Kesatuan.
Saat ini kami memiliki 3 program pendidikan karakter yang menjadi fokus dari kurikulum kami, yaitu :
  • Training Guru
Terkait dengan program pendidikan karakter disekolah, bagaimana menjalankan dan melaksanakanpendidikan karakter disekolah, serta bagaimana cara menyusun program dan melaksanakannya, dari gagasan ke tindakan.
Program ini membekali dan memberikan wawasan pada guru tentang psikologi anak, cara mendidik anak dengan memahami mekanisme pikiran anak dan 3 faktor kunci untuk menciptakan anak sukses, serta kiat praktis dalam memahami dan mengatasi anak yang bermasalah dengan perilakunya.
  • Program Kurikulum Pendidikan Karakter
Kami memberikan sistem pengajaran dan materi yang lengkap (untuk 1 tahun ajaran) serta detail dan aplikasi untuk sekolah dan materi untuk orang tua murid. Materi ini telah diuji coba lebih dari 5 tahun, disamping itu dalam program ini ada pendampingan dan training khusus untuk guru.
Training khusus guru ini dikhususkan untuk menciptakan suksesnya pendidikan karakter disekolah, disamping pemberian materi yang “advance” dari program training guru pertama. Karena disini para guruakan mempelajari aspek psikologi manusia (bukan hanya anak, tetapi untuk dirinya sendiri) dan menanamkan nilai-nilai kehidupan yang baik pada dirinya, murid dan keluarga. Guru akan memiliki “tools”untuk membantu menciptakan anak yang berkarakter lebih baik.
  • Program Bimbingan Mental
Program ini terbagi menjadi dua sesi program :
1. Sesi Workshop Therapy, yang dirancang khusus untuk siswa usia 12 -18 tahun. Workshop ini bertujuan mengubah serta membimbing mental anak usia remaja. Workshop ini bekerja sebagai “mesin perubahan instant” maksudnya setelah mengikuti program ini anak didik akan berubah seketika menjadi anak yang lebih positif.
2. Sesi Seminar Khusus Orangtua Siswa, membantu orangtua mengenali anaknya dan memperlakukan anak dengan lebih baik, agar anak lebih sukses dalam kehidupannya. Dalam seminar ini orangtua akan mempelajari pengetahuan dasar yang sangat bagus untuk mempelajari berbagai teori psikologi anak dan keluarga. Memahami konsep menangani anak di rumah dan di sekolah, serta lebih mudah mengerti dan memahami jalan pikiran anak, pasangan dan orang lain.

Apresiasi Sastra secara Reseptif

A. Pengertian
      Apresiasi sastra secara reseptif dapat dilakukan dengan cara membaca, mendengarkan, dan menyaksikan pementasan drama. Karya sastra berbentuk prosa, seperti dongeng, cerpen, novel, roman dapat dinikmati dengan cara membaca buku atau dengan cara menyimak tatkala karya itu diperdengarkan atau dibaca orang lain. Akan tetapi, puisi sebagai performance arts pada umumnya tidak bisa dinikmati dengan baik tanpa dibaca dengan suara nyaring. Hanya yang dapat dinikmati oleh orang per orang dengan membaca dalam hati. Nilai keindahan puisi, khususnya rima dan ritma baru bisa dinikmati apabila disuarakan.
        Sementara itu, karya sastra berbentuk drama baru dapat dinikmati secara baik dan total apabila dipentaskan. Melalui pementasan yang melibatkan semua aspek pendukungnya seperti blocking, kostum, musik, lighting, dialog, dan karakter pelaku, memungkinkan suatu drama dapat disajikan dan dapat dinikmati secara utuh.
1. Menikmati Cerita, Puisi dan Drama
             Membaca karya sastra berbeda dengan membaca karya ilmiah atau jenis karya yang lain. Membaca karya sastra tidak sekedar memahami isi melainkan juga menikmati keindahannya. Dalam kegiatan itu pembaca dituntut kemampuannya untuk menangkap nilai estetik dan memahami unsur struktur yang membangun karya sastra. Semua itu dimaksudkan agar pembaca dapat menikmati dan menjiwai sehingga memungkinkan seorang pembaca untuk menceritakan dan mengekspresikannya kepada orang lain.
        Seseorang yang ingin membaca dan mendengarkan suatu cerita dengan baik perlu berbekal pengetahuan tentang unsur-unsur pembentuk prosa, misalnya (1) penokohan dan karakter, (2) alur atau plot cerita, (3) setting atau latar cerita, (4) point of view atau pusat pengisahan, (5) tema, dan (6) amanat. Dengan demikian, pembaca dapat menikmati cerita itu secara utuh sehingga dapat diperoleh kesenangan, informasi, warisan kultural, dan keseimbangan wawasan.
             Perhatikan cerita dan dongeng anak-anak yang terdapat di sekitar kita, baik yang dilisankan maupun yang sudah dicetak. Di dalamnya sering ditemukan nilai-nilai yang sangat bermanfaat. Cerita binatang, misalnya, adalah cermin kehidupan manusia. Pelaku dalam cerita itu menggambarkan perilaku manusia, seperti tindak angkara murka, kesewenang-wenangan, ketamakan, ketidak-adilan, tipu muslihat, gotong royong, ketulusan, dan sebagainya. Cerita semacam itu dapat ditemukan pada Hikayat Pelanduk Jenaka, Hikayat Bayan Budiman, Hikayat Kalila dan Damina, Majalah anak-anak, film kartun, atau dapat dilihat contohnya dalam bentuk relief yang terpahat pada candi Sojiwan dan Mendut.
         Di samping dongeng binatang, masih banyak cerita dan dongeng yang menarik untuk disampaikan kepada siswa, seperti (1) Bawang Merah dan Bawang Putih, (2) Sangkuriang, (3) Malin Kundang, (4) Keong Mas, (5) Legenda Lok Si Naga, dan sebagainya.
       Cerita-cerita lucu atau cerita jenaka seperti Abu Nawas, Pak Senik, Mat Jamin, Lebai Malang dipertimbangkan untuk diberikan kepada siswa. Di samping unsur kejenakaan yang menarik, cerita itu sarat dengan nilai pendidikan. Cerita Abu Nawas, misalnya, bukan sekedar cerita jeaka tanpa makna. Di dalamnya terdapat berbagai penyimpangan yang terjadi pada masyarakat saat itu, terutama yang dilakukan oleh para penguasa. Melalui gaya humor Abu Nawas menyampaikan kritik-kritik sosial. Boleh jadi cerita Abu Nawas akan mengilhami seseorang yang ingin melontarkan kritik secara bijak agar kritiknya itu tidak menyakitkan hati dan dapat diterima dengan senang hati.
         Apresiasi reseptif terhadap bentuk puisi dapat dilakukan dengan cara membaca puisi dengan suara nyaring atau mendengarkan pembacaan puisi (poetary reading) dan deklamasi. Puisi tanpa disuarakan tidak akan dapat ditangkap nilai estetisnya, sebab puisi merupakan Performance arts. Meskipun demikian, ada satu pengecualian yaitu puisi kamar yang dapat dinikmati orang per orang tanpa harus disuarakan.
           Untuk menikmati dan menilai suatu puisi dapat dipandu dengan mengenali unsur-unsur pembentuknya, Beberapa partanyaan yang perlu dijawab untuk menuntun ke arah pemahaman itu, antara lain (1) apakah makna atau temanya, (2) bagaimana nilai rasa yang dikandungnya, (3) bagaimana nadanya, (4) apa maksud dan tujuannya, (5) bagaimana keharmonisan keempat unsur itu (tema, rasa, nada, dan maksud), (6) bagaimana diksinya, (7) sesuaikan kata nyata (concret word) yang digunakannya, (8) teptkah majasnya, (9) bagaimana ritme dan rimanya, (10) bagaimana hubungan hakikat dan metode puisi. Pertanyaan-pertanyaan itu akan menuntun ke arah pemahaman puisi dan penghayatan yang nantinya akan sengat bermanfaat dalam pengekspresian, baik pada saat membaca puisi maupun saat mendeklamasikan.
          Drama sebagai salah satu bentuk karya sastra hanya dapat dinikmati dengan baik apabila dipentaskan. Namun untuk mementaskannya diperlukan persiapan yang matang dengan biaya yang tidak sedikit. Meskipun demikian, masyarakat sekarang sangat beruntung sebab dapat menikmati sejenis drama yang ditayangkan melalui layar televisi, baik berupa film, sinetron, telenvela, maupun ketoprak. Semua itu memiliki dasar-dasar yang tidak jauh berbeda dengan drama.
         Sementara itu, perlu dipamahi bahwa pada dasarnya setiap orang memiliki kemampuan bermain peran, hanya saja kemampuan itu belum dekembangkan secara maksimal. Kita sering melihat anak-anak bermain ‘pasar-pasaran (jual beli)’, ‘dokte-dokteran’, dan sebagainya. Selain itu di masyarakat juga dikembangkan permainan simulasi untuk berbagai penyuluhan, misalnya pada penataran P4 dan penyuluhan Keluarga Berencana. Permainan dan kegiatan seperti itu merupakan dasar bermain peran yang sebenarnya.
        Untuk dapat menikmati drama dengan baik, tidak cukup dengan membaca teks drama, melainkan harus mengenali dasar-dasar pementasan drama, misalnya (1) dialog, (2) kotum, (3) tata lampu, (4) blocking, (5) musik pengiring, (6) make up, dan sebagainya.
B. Mendengarkan dan Membaca Karya Sastra
1. Kegiatan 1
a. Mendengarkan dan Membaca Prosa
1) Mendengarkan
           Mendengarkan prosa dapat dilakukan apabila ada seseorang yang membaca atau menceritakan suatu karangan berbentuk prosa. Berikut merupakan teknik berlatih kegiatan mendengarkan: (a) Siapkan alat rekam dan bacalah dengan suara nyaring suatu cerita. (b) Putar kembali hasil rekaman Anda, dengarkan dan perhatikan baik-baik. Bagaimana cara Anda mengekspresikannya. (c) Catat dan ingat bagian-bagian yang penting, terutama unsur ceritanya. (d) Tentukan nilai-nilai yang terkandung dalam dongeng itu.
b. Mendengarkan dan Membahas Puisi
1) Mendengarkan Pembacaan Puisi
        Siapkan tape recorder atau video yang dapat untuk merekam. Selanjutnya baca atau deklamasikan suatu puisi. Putar kembali hasil rekaman anda, dengarkan dan perhatikan baik-baik. Tentukan keindahan yang anda hasilkan dari pembacaan puisi itu.
2. Kegiatan 2
a. Membaca dan Membahas Prosa
1) Membaca Untuk melaksanakan kegiatan ini, Anda diminta melakukan kegiatan berikut ini:
(a) Siapkan alat rekam dan bacalah dengan suara nyaring cerita tersebut.
(b) Putar kembali hasil rekaman Anda, dengarkan dan perhatikan baik-baik. Bagaimana cara Anda mengekspresikannya.
(c) Cata dan ingat-ingat yang penting, terutama usur ceritanya.
(d) Tentukan nilai-nilai yang terkandung dalam cerita itu (e) Diskusikan hasil pengamatan